Sabtu, 27 Maret 2010

Fiswan (Foto taksis +-) Laporan 4

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahaya merupakan salah satu factor abiotik yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Dan Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti intensitas dan panjang gelombang akan memepengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pergerakkan atau tingkah laku ikan.
Bagi hewan laut cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung yakni sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga merupakan factor penting dalam hubungannya antara cahaya dan perpindahan populasi laut. Selain itu reaksi ikan terhadap cahaya pun berbeda-beda, seperti fototaksis positif, preferensi untuk intensitas optimum, investigatory reflex, mengelompok dan mencari makan di bawah cahaya serta diorientasi akibat kondisi buatan dari gradient intensitas di bawah air. Reaksi ikan inilah yang dimanfaatkan untuk menangkap ikan dengan mengunakan alat bantu cahaya. Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Reaksi cahaya atau terang menyediakan energy pereduksi yang diperlukan untuk biosintesis karbohidrat sedangkan reaksi gelap berhubungan dengan fiksasi. Karbon mengubah CO2 menjadi glukosa sebagai salah satu karbohidrat dalam sel membantu penyerapan unsur hara dalam proses fotosintesis. Pergerakan ikan yang mendekati sumber cahaya di konsentasikan dengan mengurangi intensitas cahaya dengan cara menggunakan lampu fokus untuk mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Pengkonsentrasian ikan hubungannnya dengan pergerakan ikan yang berbeda terhadap sumber cahaya mengakibatkan perlakuan dalam mengkonsentrasikan ikan juga berbeda
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum yag lebih spesifik mengenai fototaksis positif dan negatif.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui fototaksis posistif dan negatif dalam organisme suatu perairan
Kegunaan dari praktikum ini yaitu dapat memberikan informasi pada mahasiswa sehingga dapat dietahui jenis organisme yang bersifat fototaksis positif dan negatif.















II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Dan Morfologi
Klasifikasi Ikan Lele dumbo ( Clarias gariepinus), menurut Heru Susanto (1998) adalah sebagai berikut :






Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 9. Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ikan lele mempunyai bentuk badan yang agak beda dengan ikan-ikan kebanyakan, maka agak sulit mengatakan bentuk badan ikan lele secara tepat. Tengah badannya mempunyai potongan membulat dengan kepala pipih kebawah (depressed). Sedangakan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed). Jadi pada seekor ikan lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang yaitu pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping (Susanto Heru, 1991).
Bentuk badan ikan lele dumbo adalah memanjang dengan bagian depan membulat dan bagian tengah sampai bagian belakang agak pipih. Kepalanya pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang serta alat pernapasan. Spesifikasi ikan lele dumbo yaitu di tandai dengan sifat–sifat sebagai berikut: pertumbuhannya cepat dan mudah dipelihara atau dibudidayakan serta mempunyai nilai tinggi, Kulit tidak bersisik dan berwarna hitam baik bagian punggung maupun perut dan warna kulit menjadi lebih terang apabila terkejut, mempunyai mulut yang lebar, mampu mengambil makanan dari dasar dan menggigit dengan giginya yang kecil-kecil serta menelan mangsanya, merupakan binatang yang aktif pada malam hari dan menyukai hidup di lingkungan yang keruh dan berlumpur, dapat tahan hidup dalam air yang kandungan oksigennya rendah, bahkan dapat hidup di darat untuk beberapa jam tergantung kelembapan udara disekelilingnya hal ini karena ikan mempunyai alat pernapasan tambahan pada bagian kepala yang dapat di gunakan untuk mengambil oksigen langsung dari udara, dan sirip dada berkembang patil yang keras fungsinya sebagai alat gerak dan pelindung, tetapi patil tersebut kurang beracun (Rukmana Rahmat, 2003)
B. Fototaksis
Pengaruh cahaya terhadap masing-masing perlakuan adalah berbeda. Untuk perbedaan posisi atas dan bawah pengaruh cahaya jauh berbeda. Artinya pada posisi atas cahaya yang diterima jauh lebih besar dibanding di bawah (Muchlisa, 1996).
Pola ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan menyebar saat gelap dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa predator dibandingkan saat berkelompok adanya pengaruh cahaya buatan pada malam hari akan menarik ikan kedaerah dominansi sehingga memungkinkan mereka membentuk schooling dan lebih aman dari predator ikan-ikan yang tergolong fototaksis positif dan akan memberikan respon dengan mendekati sumber cahaya sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak menjauhi sumber cahaya (Ciptaningtiyas, 1993).
Pada suhu 35o laju fotosintesis tidak menurun sampai ada intensitas cahaya yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi gelap kini berjalan lebih cepat. Faktor bahwa pada intensitas cahaya yang rendah laju fotosintesis itu tidak lebih besar pada 350C dibandingkan pada 20oC juga menunjang gagasan bahwa yang menjadi pembatas pada proses ialah reaksi terang. Reaksi terang ini tidak bergantung pada suhu tetapi hanyalah pada intensitas penyinaran (Kimbal, 1983).
Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan,namun pergerakan kawanan ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5- 10 m. (Wulangi, K.S., 1993).

































III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 15 April 2009, pada pukul 12.30 – 02.00 WITA. Tempat dilaksankannya praktikum ini adalah di laboratorium Unit Dasar C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari

B. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum haematologi yaitu sebagai berikut :
Tabel 13. Alat dan kegunaan pada praktikum Fototaksis Positif dan Negatif
No. Nama alat Kegunaan
1.
2.
3.

4. Toples kaca
Plastik hitam
Senter

Stop watch Tempat media dan hewan uji
Untuk menutup toples (fototaksis negatif)
Untuk memeberi cahaya pada toples yang tertutup
Untuk menghitung waktu pergerakkan ikan


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Ikan Lele dumbo (Clarias garipienus)
- Air tawar
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. menyiapkan dua buah toples, dan menyiapkan satu buah kantong plastik hitam.
2. Mengisi kedua toples dengan air dan memasukkan ikan lele masing-masing kedalam toples.
3. Membungkus satu buah toples dengan kantong plastik hitam untuk pengamatan fototaksis negatif sedangkan untuk toples yang satu dibiarkan tanpa dibungkus dengan kantong plastik sebagai pengamatan fototaksis positif
4. Mengamati perlakuan atau tingkah laku ikan pada masing-masing toples
5. Mencatat hasil pengamatan





















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan pada praktikum Fototaksis negatif dapat dilihat pada tabel 12. adalah sebagai berikut :
Tingkat toleransi (menit) Tingkah laku
0 - 5


6 - 10


11 - 15

16 - 20 Ikan dalam keadaan normal, berdiam diri di dasar perairan, operculumnya bergerak cepat.

Berdiam diri terus di dasar perairan, operculumnya masih bergerak cepat.

Ikan lebih banyak diam

Ikan masih berdiam diri di dasar disebabkan karena pengaruh ingkungan yang gelap bersifat fototaksis negatif

Hasil Pengamatan pada praktikum Fototaksis positif dapat dilihat pada tabel 13. adalah sebagai berikut :
Tingkat toleransi (menit) Tingkah laku
0 - 5


6 - 10


11 - 15

16 - 20 Ikan dalam keadaan normal, berdiam diri di dasar perairan, operculumnya bergerak cepat.

Bergerak aktif di dasar perairan, mulut berada pada permukaan air.

Ikan lebih banyak bergerak naik turun ke permukaan

Iikan semakin bergerak cepat kesegala arah.
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada fotaksisi negatif yaitu dari menit pertama sampai menit terakhir ikan masih berdiam diri di dasar dan operculumnya masih aktif hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan yang gelap dan bersifat fototaksis negatif hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana (2003) yang mengatakan bahwa ikan lele dumbo (C. garipienus) termasuk binatang malam (nokturnal) yaitu aktif mencari makan pada malam hari atau dalam keadaan gelap. Ikan - ikan yang bersifat nokturnal ini umumnya memiliki kemampuan mencari makan akan berada di sekitar pencahayaan selama makanan masih tersedia dan akan meninggalkan daerah pencahayaan apabila makanan tidak ada lagi. Hal ini didukung dengan pernyataan suyanto (2007) bahwa ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan menyebar pada saat gelap. Dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa predator dibandingkan saat berkelompok. Adanya pengaruh cahaya buatan pada malam hari akan menarik ikan ke daerah iluminasi, sehingga memungkinkan mereka membentuk schooling dan lebih aman dari incaran predator. Ikan – ikan yang tergolong fototaksis positif akan memberikan respon dengan mendekati sumber cahaya, sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak menjauhi cahaya.
Berdasarkan pengamatan pada fotataksis positif dimana pada menit pertama ikan masih normal tetapi pada menit terakhir ikan mulai gelisah dan naik turun kepermukaan dan bergerak ke segala arah hal ini memberikan respon dengan mendekati cahaya dan pola kedatangan ikan di sekitar pencahayaan ada yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang masih berada di sekitar sumber pencahayaan. Hal ini terjadi karena ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari makan. Pola kedatangan ikan hubungannya dengan arah memperlihatkan bahwa ikan cenderung mendatangi sumber pencahayaan dari arah kiri dan kanan bagan. Hal ini dikarenakan ikan yang mendatangi sumber cahaya membutuhkan adaptasi dari suatu daerah yang baru, sehingga ikan mendatangi cahaya dengan arah memotong arah arus. Pergerakan arah memotong arus ini diindikasikan untuk menjaga jika di daerah tersebut terdapat predator dapat segera berbalik arah searah dengan arus agar cepat meloloskan diri. hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Asmawati (1983) bahwa ikan pelagis kecil terdistribusi dikedalaman 15 Π60 m, perbedaan ini diindikasikan karena jenis ikan yang berbeda dan kedalaman renang ikan yang berbeda tergantung dari kondisi yang optimum ikan tersebut. Demikian pula respon ikan berbeda terhadap cahaya mengakibatkan pola pergerakan ikan mendekati cahaya juga berbeda.
Menurut Muchlisa (1996) setiap organisme memiliki toleransi yang berbeda terhadap cahaya. Pada intensitas cahaya tertentu mereka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa intensitas optimum. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi mereka justru menghindarinya karena larva memiliki batas kisaran toleransi tertentu terhadap intensitas cahaya. Kuatnya intensitas cahaya dapat meningkatkan temperatur dan mereduksi salinitas yans menyebabkan bebebrapa larva dapat mengalami kematian bila mereka berada dalam intensitas yang terlalu tinggi, sehingga mereka dapat benar-benar dipermukaan air.




















V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Simpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
- Ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari makan
- Ikan memiliki respon cahaya yang berbeda-beda ada jenis ikan tertentu yang menyukai cahaya atau fototaksis positif dan ada jga ikan yang tidak menyukai cahaya (fototaksis negatif)
- Ikan Lele dumbo (Clarias garipienus) bersifat fototaksis negative atau tidak menyukai cahaya dan ikan lele dumbo merupakan ikan yang bersifat nocturnal atau aktif mencari makan pada malam hari.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan agar dalam melihat fototaksis positif dan negatif dapat dilihat pada media lain selain toples dan pada media yang lebih besar. Dan waktu yang diberikan lebih lama untuk mengamati tingkah lakunya.





DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT Gramedia. Jakarta.

Ciptaningtiyas, 1993. Tingkat Pencemaran Perairan Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta. Skripsi IPB. Bogor.

Djuhanda, T., 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.

John w. Kimball. 1983. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Suyamto. 2007. Kualitas suatu perairan berbagai organisme. Gramedia. Jakarta
Susanto Heru. 1991. Budidaya Ikan di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta
Susanto Heru. 1998. Budidaya Ikan Lele. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana Rahmat. 2003. Lele Dumbo Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Aneka Ilmu. Jakarta

Wulangi, K.S., 1993. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan Air. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta.











LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH FOTOTAKSIS POSITIF DAN FOTOTAKSIS NEGATIF TERHADAP CAHAYA














OLEH :
NAMA : MAKWIN
STAMBUK : I1 A1 07 074
PROGRAM STUDI : M S P
FAKULTAS : PERIKANAN
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : BAYTUL ABIDIN S.Pi


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARIS
2009

0 komentar: