Sabtu, 27 Maret 2010

TAMAN NASIONAL KEPULAUAN WAKATOBI

TAMAN NASIONAL KEPULAUAN WAKATOBI
A. Dasar Hukum, Letak, dan Luas
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi merupakan kawasan konservasi perairan laut (marine conservation area). Kawasan Kepulauan Wakatobi dan perairan laut di sekitarnya seluas 1.390.000 ha ditunjuk sebagai taman nasional pada tanggal 30 Juli 1996 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 393/Kpts-VI/1996. Nama Wakatobi diambil dari singkatan nama pulau-pulau besar yang menyusun kepulauan ini, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, nama lain dari gugusan pulau-pulau tersebut adalah Kepulauan Tukang Besi.
Usulan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi bermula dari hasil survey penilaian potensi sumber daya alam laut yang dilaksanakan oleh Tim Direktorat Pelestarian Alam. Direktorat Jenderal PHPA Departemen Kehutanan bekerjasama dengan WWF (World Wide Fund for Nature) pada bulan September 1989. Hasil survey tersebut ditindaklanjuti oleh Sub Balai KSDA Sultra dan Kanwil Dep. Kehutanan Sulawesi Tenggara dengan dukungan penuh Pemerintah Daerah, dengan diterbitkannya Rekomendasi Bupati KDH Tk. II Buton No. 522.51/3226 tanggal 3 Oktober 1993 dan Rekomendasi Gubernur KDH Tk. 1 Sulawesi Tenggara No. 522.51/2548 tanggal 7 Maret 1994. Berdasarkan usulan atau rekomendasi pemerintah daerah tersebut. Menteri Kehutanan menyetujui dan menunjuk kawasan perairan laut Kep. Wakatobi seluas 306.680 ha sebagai taman wisata alam laut dengan SK Nomor 462/Kpts-II/1995 tanggal 4 September 1995, dan akhirnya karena pertimbangan dari aspek konservasi serta perkembangan keadaan maka status kawasan diubah menjadi taman nasional.
Latar belakang penunjukannya sebagai kawasan konservasi adalah karena wilayah perairan laut Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi memiliki potensi sumber daya alam laut yang sangat tinggi, baik jenis dan keunikannya. serta panorama bawah laut yang menakjubkan. Pertimbangan lainnya adalah karena Sulawesi Tenggara belum memiliki kawasan konservasi perairan laut yang telah ditunjuk. Tidak sampai berselang satu tahun dari saat penunjukannya. TN Kep. Wakatobi telah ditetapkan sebagai Unit Taman Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.185 / Kpts-II / 1997 tanggal 31 Maret 1997 (tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional). Hal ini menunjukkan perhatian yang besar dari Pemerintah kepada kawasan konservasi ini.
Secara geografis TN Kep. Wakatobi terletak di antara 5°12 - 6°10' LS dan 123°20 -124°39 BT secara administratif pemerintahan termasuk dalam wilayah 4 kecamatan yakni Wangi Wangi (dengan ibukota kecamatan di Wanci), Kaledupa (beribukota di Ambeua), Tomia (Waha), dan Binongko (beribukota di Rukuwa) Kabupaten Dati II Buton. Sedangkan secara administratif kehutanan masuk dalam wilayah kerja RPH Lasalimu. BKPH Buton Timur, KPH Buton. Sesuai dengan geografisnya di sebelah Utara dibatasi oleh Laut Banda dan P. Buton di sebelah Timur dibatasi oleh Laut Banda. di sebelah Selatan dibatasi oleh Laut Flores, dan di sebelah Barat dibatasi oleh P. Buton dan Laut Flores.
B. Potensi
Bentuk topografi daerah Kep. Tukang Besi umumnya datar dan di sekitarnya terdapat beberapa mikro attol seperti Karang Kapota, Karang Kaledupa, dan Karang Tomia. Konfigurasi terumbu karang pada umumnya datar kadang-kadang muncul di permukaan dengan beberapa daerah mempunyai tubir-tubir karang yang tajam. Kepulauan Tukangbesi terdiri dari 4 pulau besar (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko), dan pulau-pulau kecil antara lain P. Tokobao, P. Lintea Utara, P. Lintea Selatan, P. Kampenaune, dan P. Hoga serta P. Tolandono.
Perairan lautnya secara umum mempunyai konfigurasi perairan dari mulai datar kemudian melandai ke arah laut, dan beberapa daerah perairan bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, dengan bagian terdalam terletak di sebelah Barat dan Timur P. Kaledupa (sampai 1.044 m). Dasar perairan bervariasi antara berpasir dan berkarang.
Iklim berdasarkan pembagian iklim Schmidt-Fergusson termasuk tipe C, dengan curah hujan tahunan bervariasi antara 1.050-2.200 mm. Bulan-bulan kering jatuh pada bulan Juli hingga Nopember. Suhu harian berkisar antara 19° -34° C.
TN Kepulauan Wakatobi memiliki potensi terumbu karang serta berbagai jenis biota laut seperti kima, lola, ikan, penyu, serta jenis-jenis lainnya.
a. Terumbu karang. Beberapa daerah terumbu karang yang ada antara lain Karang Sempora, K. Kapota, K Watulopa, K. Sawa Olo-Olo, K. Tokobau, dan Karang Waelale. Jenis-jenis karang yang ditemukan antara lain Acrophora spp, Dendrophyllia spp., Favia abdita, Echinopora horrida, Favites spp, Heliofungia actiniformis, Holothuria edulis, Lobophylla spp., Montastrea spp., Mycedium spp., Millepora spp, Nepthea spp., Oulophylla crispa, Oxypora spp., Pavona clavus, P decussata, Platygira lamellina, P. pini, Porites spp., Porithes spp., Spirobranchus giganteus, Symphyllia spp, Turbinaria frondens, Xenia spp, dan lain-lain.
b. Karang lunak. Jenis soft corals yang terlihat antara lain Sarcophyton throcheliophorum, Sinularia spp.
c. Ikan. Jenis ikan yang terlihat antara lain Abudefduf leucogaster, A. saxatilis, Acanthurus achilles, A. aliosa, A. mata, Amphiprion tricinctus, Chaetodon specu!lum, Chelinus undulatus, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, H. permutatus, Macolor macularis (snapper), Napoleon wrasse, Paramia quinquelineata, Scarus qibbus, S. taeniurus, dan masih banyak lagi.
d. Bivalvia yang terlihat adalah Tridacna spp.
e. Crinoidea yang terlihat adalah Comanthina schlegeli, Lily laut.
f. Ordo Echinodea yang terlihat adalah Acanthaser planci, Diadema setosum, Echinotrix spp., Holothuria edulis, Parathicopus californicus, Stichopus variegatus.
g. Spons yang terlihat adalah Tube sponges dan Cube sponges, Phyllospongia foliascens.
h. Rumput laut. Jenis seagrass yang terlihat antara lain Thallisia spp., T. crocea, dan Thalasodendron spp.

Terumbu karang dan ikan hias yang berenang di sekitarnya merupakan atraksi yang menarik untuk dinikmati. Daerah wisata yang direkomendasikan adalah di Pulau Hoga dan sekitarnya, dengan pasir putih dan terumbu karang yang indah. Pengunjung dapat melakukan kegiatan berjemur (sunbathing), snorkling/skin diving, berenang atau menyelam (diving). Di Pulau Hoga telah dibangun fasilitas berupa, wisma tamu dengan arsitektur rumah adat Buton yang dibangun Pemerintah Daerah, serta beberapa pondok wisata.
C. Cara Pencapaian
Untuk mencapai Pulau Hoga dapat ditempuh lewat perjalanan laut dengan beberapa alternatif, yaitu:
a. Kendari ke Pulau Hoga via P. Wangi-Wangi (Wanci), dengan kapal kayu yang berangkat dari pelabuhan Kendari 2 kali seminggu. Waktu tempuh ± 15 jam.
b. Kendari ke Bau-Bau (Buton) via Raha (Muna) dengan kapal cepat (± 4 jam) dilanjutkan dengan naik kapal ke Wanci dengan kapal kayu (± 3 jam) atau speed boat carteran (± 4 jam langsung ke P. Hoga).

D. Kegiatan dan Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi Taman Nasional Wakatobi berupa:

a. penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan racun cyanida (NaCN atau KCN). Cara penangkapan yang tidak bijaksana ini dapat menghancurkan terumbu karang serta biota laut lainnya.
b. penangkapan/pemungutan biota laut yang dilindungi, seperti penyu hijau, penyu sisik, kima, lola, dll. Apabila dibiarkan akan mengganggu kelestariannya
c. pemungutan batu karang untuk pondasi dan barikade pantai.
d. belum dikelola secara intensif, saat ini hanya dikelola oleh 3 personil dengan fasilitas 1 buah speed boat (80 PK)
e. belum ada penetapan zonasi, yang berupa zona inti, zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional, dll

Guna mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan operasi pengamanan, baik fungsional maupun terpadu (dengan wadah TPHT Daerah). Operasi pengamanan khusus TN Wakatobi yang dipimpin oleh Komandan Pangkalan AL (Lanal) Kendari berhasil menjaring beberapa pelaku pemboman ikan. Untuk menimbulkan efek jera tersangka pelaku pemboman ikan tersebut telah diproses dan diajukan ke meja hijau.
Untuk menjaga kelestarian serta mengoptimalkan fungsi kawasan direncanakan pembangunan/pengadaan sarana prasarana, berupa Pusat Pengelolaan di Bau-Bau (ibukota Kabupaten Buton), pondok kerja di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, pembangunan wisma cinta alam, pengadaan speed boat ber-PK besar untuk mengatasi pencurian dan pengeboman ikan, serta pengadaan alat komunikasi. Dan untuk mengatasi kendala transportasi direncanakan pembangunan lapangan terbang kecil (airstrip) di Pulau Kaledupa. Diusulkan pula kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan TN Wakatobi yang akan menjadi acuan/pedoman pengelolaan jangka panjang (25 tahun), serta studi dalam rangka penetapan zonasi.
Beberapa kegiatan lain yang pernah dilaksanakan antara lain survey potensi sumber daya alam laut oleh Tim Direktorat Pelestarian Alam, Ditjen PHPA pada tahun 1990; penelitian oleh Tim Operasi Wallacea (kerjasama antara Eco Survey dari Inggris dan LIPI dengan koordinasi Badan Pengembangan Wallacea) dari bulan Juni 1995 sampai sekarang; expedisi oleh Tim dari Universitas Indonesia; penelitian oleh Tim Peneliti Kelautan dari P3O-LIPI; dan eksplorasi oleh empu kelautan dunia asal Perancis Jaques-Yves Cousteau (alm).
Taman Nasional Wakatobi juga mendapat kehormatan dikunjungi oleh pejabat-pejabat pusat, antara lain oleh Ketua DPA (Laks. Pur. Sudomo) pada tahun 1995, Menteri Kehutanan (Ir. Djamaludin Suryo Hadikusumo) bersama Menteri Negara Lingkungan Hidup (Ir. Sarwono Kusuma Atmaja) pada tahun 1996.
Beberapa pakar kelautan yang pernah melakukan penelitian menyebutkan bahwa terumbu karang di Kep. Wakatobi merupakan salah satu yang terindah di dunia (The world's most beautiful reefs).

0 komentar: