Sabtu, 27 Maret 2010

laporan praktikum Biologi Perikanan

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi Perikanan merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk dan cara pertumbuhan ikan. Biologi perikanan itu sendiri terbagi lagi menjadi dua bagian yakni biologi ikan dan dinamika populasi ikan.Biologi ikan khusus mempelajari tentang kehidupan ikan-ikan yang berupa pertumbuhan ikan, tentang bagaimana ikan-ikan dalam suatu populasi melakukan pemijahan, tumbuh dan makan. Dinamika populasi ikan khusus mempelajari perubahan populasi ikan, tentang bagaimana kecepatan populasi ikan tumbuh, mati dan memperbanyak keturunan.
Dalam melakukan penilitian biologi perikanan yang perlu diperhatikan adalah keadaan hidrografik menyangkut faktor fisika, kimia dan biologi dalam wilayah perikanan tersebut seperti mengetahui bagaimana ikan-ikan dalam populasi itu memijah, bagaimana kecepatan populasi itu tumbuh, mati dan memperbanyak serta bagaimana ikan tersebut makan yang merupakan ilmu yang sangat penting dalam kegiatan pelestarian stok ikan.
Pendekatan yang digunakan dalam biologi ikan adalah pendekatan kuantitatif atau jumlah dalam waktu yanag relative singkat. Pendekatan dengan metode kuantitatif ini berupa perlakuan-perlakuan yang bukan hanya ditujukkan pada suatu jenis organisme pada saat tertentu. Pendekatan dengan metode kuantitatif ditujukkan untuk sekelompok organisme dan jangka waktu yang digunakan cukup lama.
Hubungan panjang-berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan akan memijah. Fekunditas ini sering disebut fekunditas mutlak/individu, proses dimana ikan akan memijah tiap tahun akan selalu berlainan dimana gonad yang besar dikeluarkan terlebih dahulu dan yang kecil pada tahap berukutnya. Proses fekunditas dipengaruhi oleh faktor luar berupa makanan, suhu, oksigen terlarut, dan lingkungan serta faktor dalam berupa hormon dan komposisi telur. Akibat dari dua faktor ini maka mass fekunditas yang terjadi pada ikan akan mengalami perkembangan telur akibat dari pertambahan kuning telur, hidrasi, dan terbentuknya lapisan minyak.
Kebiasaan makanan adalah kualitas dan kuantitas yang digunakan oleh ikan, sehingga kebiasaan makan itu hidup. Makanan yang telah digunakan oleh ikan akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambil akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan bagi tiap-tiap individu ikan serta survivalnya.
Pemahaman terhadap biologi perikanan bertujuan dalam memelihara keseimbangan populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, dimana penangkapan ikan yang dilakukan harus mengikuti norma-norma konservasi dengan mengusahakan hasil tangkapan yang paling menguntungkan secara lestari dari tahun ke tahun.
Melihat besarnya potensi sumberdaya hayati khususnya yang berasal dari lautan di Indonesia maka perlu dilakukan suatu usaha untuk dapat mengetahui berbagai aspek biologi perikanan, hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan praktikum yang membahas mengenai aspek biologi perikanan tersebut.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan panjang berat tubuh ikan Kembung lelaki (Rastreliger kanagurta.).
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan panjang tubuh dan fekunditas dari ikan Kembung lelaki (Rastreliger kanagurta).Betina.
3. Untuk mengtehui tingkat kematangan gonad dari ikan Kembung lelaki (Rastreliger kanagurta).
4. Untuk mengetahui jenis organisme yang menjadi makanan dan kebiasaan makan pada ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis).

Kegunaan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu Biologi Perikanan dari teori yang diperoleh dengan praktikum yang dilakukan, terutam tentang hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan studi kebiasaan makan ikan.


I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Kembung Lelaki
Menurut dirjen perikanan, (1998) Klasifikasi Ika pisang-pisang adalah sebagai berikut :
kingdom : animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Percoidae
Famili : Lutjunidae
Genus : Caesio
Spesies : Caesio chryosozona
B. Morfologi

Gambar 1. Ikan Pisang-pisang (Rastreliger kanagurta)

Badan memanjang, langsing, gepeng. sisik-sisik kecil dan ctenoid. Dahil dan penutup insang bersisik. Muluk kecil dapat disembulkan. Sirip punggung berjari-jari keras 10 dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 3, dan 11-12 lemah. Tapisang insang 10-15. Sisik pada garis rusuk 67-77. sisik diatas dan dibawah urut sisi tersusun horizontal. Pangkal sirip punggung dan dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makananya invertebrata dapat dicapai panjang 20 cm dan umumnya 15 cm (Dirjen Perikanan, 1998).
Ikan pisang-pisang merah biasanya disebut juga dengan nama ekor kuning. Ikan pisang-pisang merah ini memiliki daerah penyebaranya di perairan Indonesia yang berkarang, juga diperairan pantai terutama di sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan kalimantan timur (Saanin, 1968).
Ikan pisang-pisang merah tergolong ikan pelagis karang. Penyebaranya diperairan dangkal karang diseluruh Indonesia. Teluk benggala, Teluk siam, sepanjang pantai laut cina selatan (Firjen perikanan, 1998).
C. Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan godan sebelum dan sesudah ikan itu berpijah (Lagler dkk, 1962 dalam Effendi, 2002). Kematangan gonad ikan dapat digunakan untuk menentukan perbandingan anatara ikan yang telah masak gonadnya dengan yang belum dalam suatu peraiaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali mencapai matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran serta sifat-sifat fisiologi individu. Sedangkan faktor luar yang berpengaruh adalah suhu, arus, adanya individu yang berbeda jenis klelamin dan tempat berpijah yang sesuai.
Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dengan dua cara, pertama cara histology dilakukan di laboratorium dan kedua dapat dilakukan di Laboratorium atau di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapatb dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testes (Effendi, 1997).

D. Indeks Kematangan Gonad
Dengan nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan sejalan dengan perkembagna gonad, indeks kematangan gonad akan semakin bertambah besar dan nilai akan mencapai kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Effendie, 1979).
Di dalam proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gona. Gonad semakin bertambah berat dibarengi dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk garis tengah telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai (Anonim 2001).
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen merupakan hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk gonadnya dikalikan dengan 100 % (Effendi, 2002)

E. Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu ikan melakukan pemijahan. Dengan mengetahui fekunditas dapat ditaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan dan juga dapat ditentukan jumlah ikan dalam kelas umur tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas anatara lain perbandingan induk betina dan jantan. Faktor yang memegang peranan dalam mortalitas, factor genetic serta respons terhadap makanan (Yasidi dkk, 2005).
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran telur, yaitu telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang berukuran besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi perairan baik telur yang sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar (Nickolsky dalam Effendi, 1979).




F. Faktor Kondisi
Faktor kondisi atau ponderal indeks merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dengan angka dan nilai dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan dan (TKG) Tingkat Kematangan Gonad (Effendi, 2002).
Faktor kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik dilihat dari kapasitas fisik maupun dari segi survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial, pengetahuan kondisi ikan dapat membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia agar dapat dimakan.
Faktor kondisi nisbih merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terhadap panjang pada kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi (Weatherley, 1972 dalam Yasidi,dkk 2005).
Untuk menghitung nilai faktor kondisi, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu berat rata-rata ini diperoleh dengan cara mengalikan jumlah-jumlah ikan (n) yang terdapat pada suatu kolom mendatar dari harga x dengan masing-masing harga. Harga yang didapat dari masing-masing penjumlahan tadi dibagi dengan jumlah ikan yang terdapat pada kolom x tersebut. Antilog dari harga ini merupakan berat ikan yang sebenarnya, selanjutnya digunakan pada persamaan faktor kondisi untuk mendapat nilai faktor kondisi tersebut, sedangkan nilai berat rata-rata ikan menurut perhitungan diperoleh dengan cara memasukkan harga x ke dalam persamaan regresi yang didapatkan. Antilog dari y merupakan nilai berat ikan menurut perhitungan (Anonim, 2000).
G. Kebiasaan Makanan
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan oleh kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Nur, 1997 dalam Effendi 2002).
Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Beckman, 1962 dalam Yasidi dkk, 2005).
Untuk mengusahakan penangkapan, pemeliharaan dan peternakan ikan dengan sukses, seringkali diperlukan pengetahuan praktis tentang jenis makanan yang disukai ikan bersangkutan, baik masih berupa anak-anak, maupun setelah dewasa. Untuk itu diperlukan penelitian tentang makanan dan kebiasaan makan ikan, yang didasarkan atas pemeriksaan isi lambung dan usus ikan yang bersangkutan. Dari hasil studi ini kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan apakah ikan yang bersangkutan itu herbivore, karnivora atau omnivore. Apakah jenis-jenis makanan pokoknya dan apa saja yang menjadi makanan sambilannya. Ada lima cara yang dapat digunakan mempelajari makanan dan kebiasaan makanan ikan yaitu metode jumlah, metode frekuensi kejadian, metode perkiraan tumpukan dengan persen, metode volumerikdan metode grafimetrik (Soesono, 1977).
Beberapa faktor yang memepengaruhi makanan atau ada tidaknya suatu zat makanan oleh ikan yaitu ukuran makanan, warna makanan, selera ikan terhadap makanan tersebut. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung dari kebiasaan makan, kelimpahan makan, suhu dan kondisi umur ikan (Effendi, 2002)
Dalam pengelompokan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pamakan tumbuuhan, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan jumlah variasi dari makanan yang macamnya sedikit atau sempit dan ikan monophagus yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu jenis saja (Effendi, 1997).










III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 04 Desember 2009 pukul 08.30 – 11.00 WITA bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum beserta kegunaannya:


No Alat / Bahan Satuan Kegunaan
A. Alat
1. Baki (Dissecting-pan) Wadah menyimpan objek
2. Mistar cm Mengukur panjang obyek yang diamati
3. Alat Tulis Menulis hasil pengamatan
4. Pisau bedah (scalpel) Membedah ikan
5. Pinset (forceps) Menjepit Ikan
6 Kertas label Memberi label
7 Timbangan kg Menimbang Ikan
8 Plastik Menyimpan gonat
9 Tisu gulung Membersihkan meja
10 Lap kasar dan halus Membersihkan meja praktikum
B. Bahan
1. Ikan Pisang-Pisang (Caesio sp.) Objek yang di amati
2. Air steril Pengencer


C. Prosedur Kerja
1. Hubungan Panjang Berat
Prosedur kerja pada praktikum hubungan panjang berat adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan ikan Pisang-Pisang (Caesio sp.) sebagai sampel.
2. Melakukan pengukuran panjang dan berat dengan menggunakan mistar dan timbangan kemudian mencatatnya.
3. Memberikan label nomor untuk setiap ikan yang telah diukur panjang dan beratnya.
4. Mencatat hasil pengukuran panjang dan berat.
2. Tingkat kematangan gonad
Prosedur kerja pada praktikum tingkat kematangan gonad adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pembedahan untuk mengambil sampel gonad dari masing-masing sampel ikan yang telah diberi label.
2. Menentukan jenis kelamin ikan dari sampel tersebut.
3. Mengamati tingkat kematangan gonad dari masing-masing sampel gonad dengan mengamati ciri-ciri visual yang ditunjukkan oleh gonad tersebut.
4. Mencatat tingkat kematangan gonad dari masing-masing sampel tersebut.


3. Indeks Kematangan Gonad
Prosedur kerja pada praktikum indeks kematangan gonad adalah sebagai berikut :
1. Menimbang berat gonad dengan menggunakan timbangan elektormanetik setelah gonad dianalisa tingkat kematangannya.
2. Menentukan indeks kematangan gonad ikan tersebut dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
4. Fekunditas
Prosedur kerja pada praktikum mengenai fekunditas adalah sebagai berikut :
1. Mengambil sebagian kecil gonad dari ovarium ikan betina dan menentukan volumenya, lalu memisahkan gonad-gonad tersebut dengan alat pengaduk di dalam air.
2. Mengambil satu tetes larutan gonad tersebut dan meletakkannya pada kaca objek dan mengamatinya dibawah mikroskop.
3. Menghitung jumlah gonad tersebut lalu mencatat hasilnya untuk di analisa datanya lebih lanjut sesuai dengan rumus yang telah ditentukan.


5. Studi Kebiasaan Makanan
Prosedur kerja pada praktikum Studi kebiasaan makanan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan ikan Pisang-Pisang (Caesio sp.) sebagai sampel.
2. Membedah lambung ikan dengan alat bedah lalu mengamati dan menghitung jumlah makanan yang dimakan ikan tersebut dan mengelompokkannya berdasarkan jenis makanan.
3. Mengukur volume setiap jenis makanan dengan memasukkannya ke dalam gelas ukur yang berisi air yang telah diketahui volumenya.
4. Mencatat volume setiap jenis makanan ikan tersebut dan semua data yang diperlukan.
5. Melakukan perhitungan data yang telah didapatkan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan.








D. Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh dalam praktikum ini selanjutnya dianalisis dengan pedekatan-pendekatan matematis dan pendekatan statistik.
1. Hubungan Panjang Berat
Menurut Hile (1936) dalam Yasidi., dkk, (2007) bahwa formulasi umum yang dapat digunakan untuk menentukan hubungan panjang berat adalah:

W = a + L b.
Dimana : W = Berat ikan , L = Panjang ikan ,a dan b = Konstanta
Persamaan tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan akan diperoleh persamaan linear sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L
Tehnik perhitungan panjang berat dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Secara Langsung
Untuk melakukan tekhnik perhitungan secara langsung terlebih dahulu dibuat suatu daftar (tabel) yang tersususn dari harga-harga L,W, Log L, Log W, Log L x Log W, (Log L)2, (Log W)2. Selanjutnya jumlah-jumlah yang diperoleh dimasukan ke dalam persamaan sebagai berikut:

b = N(LogL x Log W) – (Log L) (Log W)
N(Log L)2- (Log L)2


a = Y – bX
Dimana : Y = Log W
N
X = Log L
N
r = N(Log L x Log W) – (Log L) (Log W)
√N(Log L)2 – (Log L)2x (N(Log W)2 – (LogW)2

Nilai-nilai a dan b yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam bentuk persamaan linear seperti yang dicantumkan pada halaman sebelumnya.
b. Secara Kalkulator
Untuk memperoleh nilai atau harga yang terdapat pada table 2. maka dapat juga dihitung dengan menggunakan kalkulator fx. 3600. agar nilai-nilai yang diperoleh seragam.
Tekan : INV. AC : untuk menghapus data
MODE 2 : untuk program Lr
MODE 7 4 : untuk desimal 4
Untuk menguji kebenaran hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan metode secara langsung maka setelah melakukan langkah-langkah diatas maka selanjutnya : masukkan data pengukuran panjang (L), untuk data ikan ke 1, lalu tekan Log XdYd, kemudian masukan data berat (W) ikan ke 1, lalu tekan Log RUN dan seterusnya hingga data terakhir. Apabila terdapat kesalahan pada saat memasukkan data dibetulkan dengan menekan C , kemudian masukkan data yang benar. Untuk memperoleh nilai a tekan INV 7, b tekan INV 8, dan r tekan INV 9.

Untuk menguji harga dari perhitungan table 2 maka dapat dilakukan dengan menggunakan kalkulator sebagai pembanding yaitu :
N tekan Kout 3
ΣLog L tekan Kout 2
ΣLog W tekan Kout 5
ΣLog LxΣLogW tekan Kout 6
Σ(Log L)2 tekan Kout 1
Σ(Log W)2 tekan Kout 4
c. Secara Tidak Langsung.
Dalam tekhnik perhitungan dengan cara ini, mula-mula dari masing-masing logaritma harga terkecil dan terbesar setiap panjang dan berat. Dari perbedaan harga logaritma ini ditentukan banyaknya kelas yang dikehendaki dan selanjutnya harga beda log dibagi dengan banyaknya kelas yang dikehendaki. Untuk menyusun kelas-kelas ayang dikehendaki maka terlebih dahulu harus dicari tengah kelas dari kelas pertama. Tengah kelas pertama dengan setengah dari beda log tengah kelas. Untuk tengah kelas kedua, harganya merupakan pertambahan antara tengah kelas pertama dengan beda logaritma tengah-tengah kelas, demikian pula halnya dengan tengah kelas selanjutnya dan harga terendah dari tiap-tiap kelasnya.
Setelah nilai-nilai yang terdapat pada tabel yang dimaksud maka dihitung berdasarkan analisis “Weighted Regression” dengan asumsi bahwa varians kelas-kelas tersebut sama besar, yaitu:

X = ΣnX
N

Y = ΣnY
N

ΣX2 = ΣnX2 – (ΣnX)2
N

ΣY2 = ΣnY2 – (ΣnY)2
N

ΣXY2 = ΣnXY – (ΣnX)2 (ΣnY)2
N
b = ΣXY b = Tangen sudut garis regresi
X2

a = Y – bX a = Titik potong garis regresi dengan sumbu Y

Uji T (Walpole,1982).

Σ d2 xy = ΣY2 = ΣnY2 – (ΣXY)2
ΣX2

S2 yx = Σ d2 xy
N-2

S2 b = S2 yx
ΣX2

Sb = √ S2 b
Thit = 3 - b
Sb

Nilai Koefisien korelasi panjang dan berat adalah :

r = Σ XY
√ (ΣX2. ΣY2)


Analisis Sidik Ragam
Analisis varians pada persamaan regresi dicari menurut cara Snedecor and Cohran (1967) sedangkan analisis sidik cocok data terhadap model dilakukan seperti cara Drafer and Smith (1963).
a. Analisis Varians.
Perhitungan yang diperlukan untuk analisis varians adalah:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Σ nY
Jumlah Kuadrat Nilai Tengah (JKNT) = (Σ nY)2
N

Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) = b Σ XY
Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) = JKT – JKNT – JKR
Kuadrat Tengah Nilai Tengah KTNT) = JKNT
db NT

Kuadrat Tengah Regresi (KTR) = JKR
db R

Kuadrat Tengah Sisa (KTS) = JKS
db S
Fhit = KTR
KTS
b. Analisis Cocok Data
Perhitungan yang diperlukan untuk analisis cocok data adalah sebagai berikut:
X Y Y2
N Y Y2 n = Y2 - ( Y )2
Σn

JKAM = n1 + n2 + n3 ………….+ nn
JKSTM = JKSTM
db STM

KTAM = JKAM
db AM

Fhit = KTSTM
KTAM

Keterangan :
N = Jumlah x yang sama nilainya (banyaknya x yang sama nilainya)
JKAM = Jumlah Kuadrat Acak Murni
JKSTM = Jumlah Kuadrat Simpangan terhadap Model
KTSTM = Kuadrat Tengah Simpangan Terhadap Model
KTAM = Kuadrat Tengah Acak Murni
db STM = Derajat Bebas Simpangan Terhadap Model
db AM = Derajat Bebas Acak Murni
Analisis Kovarians
Perhitungan-perhitungan yang diperlukan dalam analisis kovarians adalah sebagai berikut :
X2 (total) = ΣX2 - (ΣX)2
N

Y2 (total = ΣY2 - (ΣnY)2
N
XY(total) = ΣXY – (ΣX) (ΣY)
N

JK (total) = ΣY2 – (ΣXY)2
ΣX2

JK dalam regresi = JK jantan + JK ikan betina
b acak bersama = ΣXY
ΣX2
JK acak bersama = ΣY2 – (ΣXY)2
ΣX2
JK nilai tengah yang disesuaikan = JK Total – JK Acak Bersama.
JK koefisien Regresi = JK Acak Bersama – JK Dalam Regresi

KT Dalam Regresi = JK Dalam Regresi
db Dalam Regresi

KT Koefisien Regresi = JK Koefisien Regresi
db Koefisien Regresi
KT Acak Bersama = JK Acak Bersama
db Acak Bersama
KT Nilai Tengah yang disesuaikan = JK Nilai Tengah Yang Disesuaikan
db Nilai Tengah Yang Disesuaikan

Fhit Koefisien Regresi = JK Koefisien Regresi
db Dalam Regresi

Fhit Nilai Tengah ang disesuaikan = KT Nilai Tengah
KT Acak Bersama
2. Faktor Kondisi
Jika hubungan panjang berat mengikuti kubik, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
K = W x 105
L3
Dimana : K = Faktor Kondisi
W = Nilai berat rata-rata ikan yang sebenarnya tiap kelas
L = Nilai panjang rata-rata ikan tiap kelas
3. TKG dan IKG
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad yaitu :
IKG = Berat Gonad (Wg) x 100 %
Berat Tubuh (Wb)

Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Wg = Berat Gonad (gr)
Wb = Berat tubuh (gr)
4. Studi Kebiasaan Makanan
Untuk mengetahui studi kebiasaan makan ikan dapat digunakanan metode-metode berikut ini :
a. Metode Jumlah
Berdasarkan metode ini, maka persentase jumlah setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Jumlah Organisme A pada lambung ikan
Jumlah semua organisme pada lambung ikan


b. Metode Frekuensi Kejadian
Berdasarkan metode ini, maka persentase Frekuensi kejadian setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Jumlah frekuensi kejadian pada lambung A
Jumlah semua frekuensi kejadian pada lambung ikan


c. Metode Volumerik
Berdasarkan metode ini, maka persentase setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Volume rata-rata organisme A
Jumlah semua volume rata-rata

d. Indeks Relatif Penting
Penggabungan dari metode jumlah, volumerik dan frekuensi kejadian menghasilkan peramaan sebagai berikut :
IRP = (N + V) F
Dimana : IRP = Indeks Relatif Penting (%)
N = Persentase jumlah satu macam makanan
V = Persentase volume satu macam makanan
F = Frekuensi kejadian satu macam makanan
e. Indeks Bagian Terbesar
Indeks bagian terbesar merupakan penggabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumerik yang menghasilkan persamaan :
IBT = Vi x Oi X 100 %
ΣViOi





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum Biologi Perikanan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Panjang Berat Ikan Kembung Lelaki Jantan

No. ikan
L (mm) W( gram) No. ikan L (mm) W (gram)
1 285 300 26 285 300
2 288 290 27 288 290
3 284 300 28 284 300
4 275 280 29 275 280
5 265 250 30 268 258
6 270 300 31 270 300
7 280 450 32 280 450
8 280 300 33 280 300
9 270 300 34 270 300
10 258 258 35 250 250
11 275 260 36 275 260
12 270 260 37 270 260
13 265 270 38 265 270
14 270 300 39 270 300
15 280 250 40 288 258
16 280 280 41 280 280
17 265 230 42 265 230
18 280 280 43 280 280
19 275 260 44 275 260
20 288 278 45 285 270
21 280 300 46 280 300
22 270 235 47 270 235
23 290 300 48 290 300
24 270 240 49 270 240
25 280 280 50 288 288



Tabel 3. Hasil Pengukran Panjang dengan Fekunditas Ikan Kembung Lelaki

No.ikan L (mm) fekunditas No.ikan L (mm) fekunditas
1
283 482 26 285 482
2 287 484 27 288 489
3 284 476 28 284 476
4 275 552 29 277 552
5 265 575 30 265 675
6 272 487 31 279 587
7 280 480 32 280 594
8 283 478 33 284 578
9 270 475 34 270 579
10 252 454 35 250 554
11 274 412 36 274 512
12 270 476 37 273 587
13 264 547 38 265 647
14 270 589 39 276 589
15 285 444 40 280 544
16 280 678 41 284 580
17 265 470 42 264 478
18 280 875 43 282 675
19 275 447 44 275 647
20 282 483 45 284 483
21 280 475 46 287 567
22 270 476 47 270 570
23 294 420 48 294 520
24 270 567 49 274 480
25 283 475 50 285 475







Tabel 4. Data Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad

No.ikan
TKG IKG No.ikan TKG IKG
1 II 0,6318 26 III 1,1556
2 III 1,2228 27 IV 0,9077
3 IV 1,4035 28 III 0,8576
4 IV 1,8177 29 III 1,6222
5 III 1,5036 30 III 1,5307
6 IV 1,1371 31 III 1,6078
7 II 0,9114 32 II 1,3500
8 IV 1,3071 33 IV 1,7137
9 III 1,2774 34 III 1,7936
10 IV 1,2044 35 IV 1,0005
11 III 0,9500 36 IV 1,0583
12 IV 1,1520 37 II 0,9995
13 IV 1,6832 38 IV 1,6514
14 IV 2,3840 39 IV 1,1353
15 IV 1,1111 40 IV 1,5714
16 IV 1,0721 41 IV 1,6633
17 III 1,1368 42 III 1,7500
18 II 2,1720 43 IV 1,3659
19 III 1,3333 44 II 1,5311
20 IV 0,4950 45 IV 0,9595
21 II 1,2557 46 III 1,2526
22 IV 1,5366 47 III 1,3072
23 IV 1,1824 48 III 1,0762
24 IV 1,7341 49 III
25 III 1,2330 50 II

Tabel 5. Data Jenis Kelompok Makanan, Volume dan Frekuensi Kejadian Pada Ikan Kembung Lelaki Jantan.

Organisme Makanan Jumlah Volume Frekuensi Kejadian
A. Ikan Tembang 6 40 4
B. Ikan Kembung 4 32 4
C. Ikan Teri 20 44 10
D. Udang Kecil 93 46 19
E. MTT 23 10 5
B. Pembahasan
1. Hubungan Panjang Berat

Gambar 2. Hubungan Logaritma Berat dengan Logaritma Panjang Ikan Kembung Lelaki (Rastreliger kanagurta)
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebgai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dalam mengukur panjang dan berat ikan ada dua cara yang digunakan yakni pengukuran langsung dan tidak langsung.
Teknik perhitungan langsung ini, dilakukan bila jumlah ikan yang akan diteliti terlalu banyak akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pencatatan. Cara tidak langsung ini, mula-mula log harga terkecil dan terbesar dari panjang berat kita tentukan. Dari perbedaan harga log ini akan muncul harga beda log.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran panjang berat ikan kembung lelaki jantan sebanyak 50 ekor yang dijadikan sebagai smapel diperoleh hasil untuk panjang maksimal 290 mm dan panjang minimal 250 mm. Sedangkan untuk berat dipeeroleh berat maksimum 450 gram dan berat minimal 230 gram. Hasil pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dijadikan sampel yang mana hal ini sangat berkaitan erat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Efendi (1979) bahwa pertumbuhan adalah pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu pada organisme, kerana dengan melakukan pengukuran panjang dan berat kita dapat mengetahui keadaan dari pada pertumbuhannya.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan analisis Weighted Regression, persamaan garis regresi yang terbentuk pada ikan kembung lelaki (Rastreliiger kanagurta) jantan adalah Y = -1,3777 + 1,5670 X, dimana b merupakan tangen sudut regresi sedangkan a merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu Y. Nilai b yang didapatkan adalah 1,5670 ini berarti nilai b kurang dari 3 yang artinya pertambahan berat ikan tidak secepat pertambahan panjangnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan yang allometrik negatif sehingga pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pertambahan beratnya.
Untuk nilai koefisien relasi (r) dari hasil pengamatan pada ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kakngurta) jantan diperoleh sebesar -1,0065. Nilai r ini menunjukkan hubungan yang positif dan lemah yang berarti pertambahan panjang ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kakngurta) jantan tidak diikuti dengan pertumbuhan beratnya.
Faktor kondisi adalah faktor yang menentukan kemontokkan ikan dengan angka. Jika nilai faktor kondisi (K) ini berkisar antara 2 – 4 berarti badan ikan itu agak pipih dan jika nilai K antara 1 – 3 berarti badan ikan tersebut agak montok. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa faktor kondisi untuk ikan kembung lelaki (Rastreliiger kanagurta) jantan. berkisar antara 1,31 – 1,54. Hal ini menandakan bahwa kondisi ikan tersebut memiliki tekstur tubuh yang agak montok. Hal ini menunjukkan pula bahwa kondisi ikan baik dari segi survival maupun reproduksi.
2. Hubungan panjang Fekunditas
Gambar 3. Hubungan Logaritma Panjang Dengan Logaritma Fekunditas Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Fekunditas adalah jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Namun dalam kenyataannya sering pula dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum masak tetapi tiap butir telur ikan tersebut akan dipisahkan. Bila hal demikian dilakukan maka sebaiknya tingkat kematangan gonad yang diteliti dinyatakan dengan tepat agar mendapat gambaran sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lain. Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan berat karena keuntungannya ialah bahwa panjang penyusutannya lebih kecil dibandingkan dengan berat tubuh.
Pada pengamatan fekunditas ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta)

betina diperoleh fekunditas terbesar adalah 857 butir dengan panjang 280 mm, sedangkan yang terendah adalah 418 butir dengan panjang 278 mm. Hal ini menunjukkan bahwa fekunditas memiliki hubungan yang erat dengan ukuran panjang tubuh suatu individu.
Dengan menggunakan perhitungan berdasarkan analisis Weighted Regression, diperoleh persamaan garis regresi yang terbentuk pada ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) adalah Y = 4,2201 + -0,6137X, dimana b merupakan tangen sudut regresi sedangkan a merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu Y. Nilai b yang didapatkan adalah -0,6137 ini berarti nilai b kurang dari 3 yang artinya pertambahan jumlah telur ikan tidak secepat pertambahan panjangnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan yang allometrik negatif sehingga pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pertambahan jumlah telurnya.
Faktor kondisi adalah faktor yang menentukan kemontokkan ikan dengan angka. Jika nilai faktor kondisi (K) ini berkisar antara 2 – 4 berarti badan ikan itu agak pipih dan jika nilai K antara 1 – 3 berarti badan ikan tersebut agak montok. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa faktor kondisi untuk ikan kembung lelaki (Rastreliiger kanagurta) berkisar antara 0 – 3,08. Hal ini menandakan bahwa kondisi ikan tersebut memiliki tekstur tubuh yang agak montok. Hal ini menunjukkan pula bahwa kondisi ikan baik dari segi survival maupun reproduksi.
3. Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Kematangan gonad ini dapat digunakan untuk menentukan perbandingan gonad ikan apakah sudah masak atau belum untuk memijah. Serat juga menentukan ukuran atau umur ikan pada saat pertama kali matang gonad dan dapat juga digunakan untuk menentukan masa pemijahan, lama saat pemijahan dan frekuensi pemijahan.
Pada umumnya tingkat kematangan gonad yang baik pada saat TKG IV. Dimana pada TKG IV ikan sudah dapat memijah dan menghasilkan anak ikan, untuk membedakan antara gonad ikan jantan dan gonad ikan betina salah satunya yaitu dengan melihat warna telur yang matang gonad yang berwarna putih sedangkan untuk ikan betina berwarna kuning.
Berdasarkan hasil pengamtan kita dapat melihat bahwa TKG ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina yang diamati didominasi oleh fase IV sebanyak 24 individu atau sebesar 46 %, kemudian fase III sebanyak 18 individu ( 36 % ), fase II sebanyak 8 individu ( 18 % ), setelah itu tidak ada yang memiliki fase I. Dengan melihat hal tersebut dapat diketahui bahwa ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina yang diamati sedang dalam kondisi siap untuk memijah dengan ciri – ciri ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan, butir minyak tidak tampak, mengisi ½ sampai 2/3 bagian rongga perut usus terdesak. Jika dihubungkan dengan keadaan alamnya, maka dapat diduga banyaknya ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina yang berada pada tingkat kematangan gonad IV disebabkan karena ikan – ikan pelagis kebanyakan naik ke permukaan untuk melakukan proses pemijahan dan mencari makan.
Indeks kematangan gonad ( IKG ) merupakan nilai dalam persen yang merupakan hasil perbandingan dari berat gonad. Umumnya indeks kematangan gonad tinggi jika tingkat kematangan gonadnya juga tinggi. Pada praktikum ini banyak terdapat jumlah ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina yang matang gonad pada TKG IV.
Dari hasil perhitungan nilai IKG diperoleh nilai IKG tertinggi adalah 2.3480 dan yang terendah adalah 0.4950. Indeks kematangan gonad pada ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina mempunyai IKG yang bervariasi walaupun tingkat kematangan gonadnya cenderung hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai TKG, maka Jumlah IKGnya akan bertambah pula. Menurut Effendi (1987) bahwa nilai indeks ini akan sejalan dengan perkembangan gonad dan akan mencapai batas maksimum pda saat ikan mengalami pemijahan.
4. Kebiasaan Makanan
Dalam studi kebiasaan makan ikan, dimana makanan yang mempunyai fungsi penting dalam suatu kehidupan organisme. Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak karena adanya energi yang berasal dari makanan. Dimana tidak semua makanan yang ada dalam suatu perairan dapat dimakan oleh ikan. Dimana berdasarkan analisa isi lambung dan usus ikan Kembung lelaki (R. kanagurat) berdasarkan pada metode jumlah, data yang ada menunjukkan bahwa jenis makanan ikan Kembung lelaki (R. kanagurat) jumlah yang paling banyak adalah organisme A ( ikan tembang dengan jumlah sebanyak 6 atau 7,75 %), kemudian organisme B ( ikan kembung ) sebanyak 4 ( 3,03 % ), setelah itu organisme C ( ikan teri ) sebanyak 20 atau 9,69 %, organisme D (udang kecil) sebanyak 93 atau26,63% dan organisme D ( MTT ) masing-masing sebanyak 23 .
Setelah melakukan uji kebiasaan makan dengan metode jumlah, maka kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode volumemetrik dan metode frekuensi kejadian yang hasilnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini

Gambar 4. Histogram komposisi isi perut ikan Kembung (R.kanagurta) dalam frekuensi kejadian)




Gambar 5. Histogram Komposis Isi Perut Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta)
dalam Persentase IRP


Berdasarkan kedua diagram tersebut diatas, maka dapat kita dapat lihat bahwa organisme A ( ikan teri ) dalam lambung ikan kembung ( R. kanagurta ) memiliki volume 44 ( 109,49 % ) dengan frekuensi kejadian 10 ( 9,69 % ), kemudian organisme B ( udang kecil ) bervolume 46 ( 85,38 % ) dengan frekuensi kejadian 9
( 26,63 % ), setelah itu organisme C ( ikan kembung ) memiliki volume 32 dengan frekuensi kejadian (3,03 %) dan organisme D ( MTT ) memiliki volume 10 (107,64%) dengan frekuensi kejadian 23 .
Dalam menentukan jenis makanan utama yang dimakan oleh ikan kembung lelaki (R. kanagurta) ini maka dilakukan dengan cara menentukan suatu indeks yang dikenal dengan nama Indeks Relative Penting (IRP). Nilai IRP diperoleh dari gabungan dari metode jumlah, metode volumetrik, serta metode frekuensi kejadian. Nilai IRP dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Setelah diperoleh nilai IRP, maka kita dapat menentukkan nilai Indeks Bagian Terbesar ( IBT ). Nilai ini diperoleh dari gabungan metode frekuensi kejadian dengan metode volumetrik. Berikut dibawah ini dapat dilihat grafik yang menggambarkan indeks bagian terbesar dari makanan yang ada di lambung ikan kembung lelaki (R.kanagurta)

Gambar 6. Spektrum komposisi makanan ikan kembung lelaki
(Rastreliger kanagurta)

Dari gambar hasil IBT di atas ini diperoleh bahwa ikan teri, udang kecil, ikan kembung, ikan tembang dan MTT merupakan makanan pelengkap pada ikan kembung lelaki (Rastreliger kanagurta). Hal ini disebabkan karena jumlah organisme ini termasuk ikan teri, udang kecil, ikan kembung, ikan tembang dan MTT jumlahnya sedikit di lautan bebas.
V. SMIPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
1. Pada pengamatan hubungan panjang berat ikan kembung lelaki (Rastreliger kanagurta) jantan dan betina mengalami pertumbuhan yang allometrik negatif dimana pertambahan panjangnya lebih cepat daripada pertumbuhan beratnya
2. Pada pengamatan tingkat kematanmgan (TKG) ikan kembung lelaki (Rastreliger kanagurta) betina didominasi oleh fase TKG IV, hal ini menunjukkan bahwa ikan-ikan tersebut mengalami fase matang gonad dan siap untuk memijah.
3. Pada pengamatan indeks kematangan gonad (IKG) ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina memiliki nilai IKG terbesar adalah 2,3840 dan terendah adalah 0,4950.
4. Pada pengamatan hubungan panjang total dan fekunditas ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) betina mengalami pertumbuhan yang allometrik pula sehingga pertambahan jumlah telur ikan tidak secepat pertambahan panjangnya.
5. Pada pengamatan studi kebiasaan makan diperoleh hasil bahwa ikan tembang, ikan kembung, ikan teri, udang kecil dan MTT adalah makanan pelengkap dari ikan kembung lelaki.
6. Jumlah makanan terbanyak dalam lambung ikan kembung adalah udang kecil dengan jumlah persentase 26, 63 % ssedang frekuensi terendah adalah ikan tembang dan ikan kembung.

B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah bagi masyarakat sebaiknya dalam usaha penangkapan ikan harus memperhatikan tingkat kematangan gonad dan waktu pemijahannya sehingga ikan tersebut dapat dipertahankan kelestariannya














DAFTAR PUSTAKA

Effendie. 1985. Biologi Perikanan Bagian I Studi natural History. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
.
. 2002. Metode Biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 109p.
Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara Yogyakarta.
Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Saanin. H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 2. Binacipta.
Soesono, S. 1977. Dasar-dasar perikanan Umum. CV. Yasaguna. Jakarta.

Yasidi, F.,Aslan L.M, Asriyana., Rosmawati, 2005. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.

0 komentar: